“Nah gelaran seni seperti ini, atau seni lainnya. Bisa dilakukan di alun-alun. Alun-alun itu (setelah selesai renovasi), ada panggungnya terbuka. Saya berharap mereka bisa tampil terbuka, sehingga semua masyarakat bukan hanya mahasiswa saja, tapi masyarakat umum bisa nonton,” ujarnya.
“Semua anak-anak, orang tua, dan semua masyarakat bisa bersama. Selain panggung, juga ada LED yang gede (besar). Nah ini, nanti semua kegiatan seni maupun lainnya, akan kami eksplor. Semua kearifan lokal apa yang ada di Jember ini akan kita masukkan (di alun-alun), termasuk juga UMKM,” sambungnya.
Sementara itu menurut Sutradara Gelaran Teater Alya Aurellia Ananta, seni drama panggung yang ditampilkannya itu.
Berkisah tentang cerita rakyat, tapi juga sengaja dikolaborasikan dengan teknologi dan musik band secara langsung. Sehingga tampak lebih epik.
“Sogol Serenade Terakhir ini menceritakan tentang akhir hayat dari seorang tokoh bernama Sogol dari daerah Sumer-Bunguling. Makanya judul dari pementasan kami adalah Sogol Serenade Terakhir. Sebenarnya yang menjadi gagasan utama dari cerita ini adalah keinginannya Sogol, di mana dia itu ingin mengaplikasikan ilmu yang sudah dituntutnya selama bertahun-tahun untuk bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Yang akhirnya itu berbuntut panjang sampai ke pemfitnahan dan kematiannya (tokoh) Sogol itu sendiri,” ujar Alya saat dikonfirmasi terpisah.
Menurut perempuan mahasiswi semester 3 Jurusan Ilmu Sejarah FIB Unej ini, cerita yang disampaikan lewat Sogol ini sarat pesan dengan kondisi saat ini.
“Masih relate sama apa yang terjadi di zaman sekarang gitu. Pesan yang ingin kami sampaikan adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk berbuat baik. Intinya dia selalu ingin bermanfaat bagi orang lain gitu. Dan dia tidak ingin menyianyiakan ilmu yang sudah dimilikinya. Dia (Sogol) ingin menjadi pribadi yang bermanfaat buat orang lain,” ulasnya.
“Seperti misal dalam adegan tayupan, ketika di adegan 6 itu. Kami sebenarnya ingin menunjukkan bahwa pada tahun 1955 itu adalah momen di mana pemilu pertama. Kita bisa melihat kondisi yang sekarang, di mana orang itu benar-benar punya kebebasan. Bahkan dalam hal perpatah dan sebagainya,” sambungnya.
Untuk persiapan latihan, lebih lanjut kata Alya, kurang lebih sebulan. Dengan jumlah pemain atau talent yang terlibat ada sekitar 19 orang.
“Pemain total aktor plus penari. Kemudian untuk flyer atau paduan suara ada 19 juga. Harapan kami pementasan yang kompleks ini bisa memberikan sebuah hawa baru bagi kesenian yang ada di Jember. Karena pengetahuan saya memang baru pertama kali ada pementasan di Jember yang menggunakan strip-screen dan berkolaborasi dengan banyak bidang,” ungkapnya.
“Ini memang sengaja pakai teknologi ya, artinya ada musisi dan kami memang mengulik beberapa modernisasi baru yang bisa kami terapkan untuk pementasan ini,” sambungnya.