Nanang juga berpesan, kirab Si Jali dan Si Nara ini sebagai simbol persaudaraan. Karena Pemilu/ pilkada adalah sarana integrasi bangsa. Beda pilihan atau beda politik boleh, namun jangan sampai terpecah belah. Karena dalam kontestasi pasti ada yang menang dan ada yang kalah.
“Kirab ini sebagai simbol kebersamaan dan persatuan. Beda pilihan atau beda politik boleh, namun jangan sampai terjadi permusuhan di antara masyarakat. Yang menang jangan jumawa dan yang kalah harus legowo,” tutup Nanang Qosim.
Sementara salah satu Komisioner KPU Provinsi Jawa Timur, Eka Wisnu Wardhana yang datang menyampaikan, kirab ini bukan hanya sekadar simbol Pilkada tetapi juga menjadi sarana untuk memadukan beragam budaya dari berbagai kabupaten dan kota di Jatim, dan mengajak seluruh warga masyarakat di Jaw Timur, untuk menyalurkan hak suaranya pada tanggal 27 November mendatang.
“Kirab ini Tidak hanya bertujuan untuk memperkenalkan maskot Pilgub Jatim dan maskot Pilkada Kabupaten Kediri, tetapi juga sebagai strategi untuk meningkatkan partisipasi Parmas dalam Pilkada serentak yang akan dilakukan pada 27 November 2024 mendatang. Kami berharap melalui kirab ini, partisipasi masyarakat dalam Pilgub Jatim dan Pilkada Kabupaten Kediri bisa naik,” pungkas Eka Wisnu Wardhana.